Gunung Dieng di Jawa Tengah akhirnya dinaikkan statusnya dari Waspada ke Siaga. Dengan kenaikan status ini, zona bahaya diperluas, yang semula 500 meter dari Kawah Timbang menjadi satu kilometer.
"Pada pukul 18.00-22.31 WIB terjadi peningkatan kegempaan yang sangat mencolok di Dieng, yaitu mencapai 48 kali gempa vulkanik. Padahal sebelumnya, dari pukul 12.00-18.00 hanya terjadi tiga kali gempa vulkanik dan satu kali gempa embusan," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Rabu (27/3/2013), sekitar pukul 11.30.
"Dengan adanya krisis kegempaan ini, maka kami akan naikkan status Gunung Dieng dari Waspada ke Siaga."
Dalam kondisi Siaga Dieng, tambah Surono, direkomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius satu kilometer dari Kawah Timbang. Sebelumnya, dalam status Waspada, zona bahaya Dieng hanya 500 meter dari kawah.
Dieng merupakan kaldera gunung api yang aktif dan berbahaya. Pada tahun 1979, sebanyak 149 orang tewas akibat terpapar CO2 konsentrasi tinggi dan H2S seiring terjadinya letusan freatik dari Kawah Sinila.
Bau belerang akibat peningkatan aktivitas vulkanik Kawah Timbang di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang sebelumnya tercium pada jarak 2 kilometer, meluas hingga 4 kilometer. Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat membagikan sekitar 2.000 masker kepada warga untuk mencegah potensi gangguan pernapasan.
Petugas Posko Pemantau Kawah Timbang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistyo, Selasa (26/3), mengatakan, masker dibagikan kepada warga Dusun Simbar dan Kaliputih, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur.
”Pembagian masker atas permintaan warga untuk mengantisipasi sakit pernapasan atau mual-mual, terutama bagi warga lanjut usia dan anak-anak,” ujarnya.
Sehari sebelumnya bau belerang pekat hanya tercium pada malam hari dengan waktu tak lama. Sementara pada siang hari bau belerang tak terlalu pekat.
Dari hasil pemantauan petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Selasa kemarin, konsentrasi gas Kawah Timbang masih tinggi. Dari pengukuran konsentrasi gas di Jalan Kepucukan ke arah selatan, konsentrasi gas CO2 tertinggi mencapai 1,3 persen volume dan H2S lebih dari 100 ppm. Berdasarkan pengamatan, uap air putih tebal yang disertai gas beracun terlihat meluncur 300-500 meter dari Kawah Timbang ke selatan atau Kali Sat.
Adapun pada jarak 700 meter ke arah Dusun Simbar dan Dusun Serang—yang paling berdekatan dengan Kawah Timbang— gas beracun tidak terdeteksi. Sebagai catatan, batas ambang normal yang bisa dihirup manusia untuk gas CO2 sebesar 0,5 persen volume, sedangkan H2S sebesar 10 persen volume. Petugas PVMBG di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng pada Senin lalu pukul 18.00 hingga Selasa pukul 06.00 merekam adanya lima kali gempa vulkanik dalam.
Jalan setapak
Kepala Desa Sumberejo Ibrahim mengatakan, ruas jalan penghubung Desa Pekasiran dengan Dusun Serang di Desa Sumberejo yang ditutup PVMBG bukan jalan utama yang dilalui motor atau mobil. ”Itu hanya jalan setapak yang dilintasi petani dari Desa Pekasiran yang akan ke Pasar Batur,” ujarnya.
Jalan itu ditutup sejak tragedi Kawah Sinila yang menelan 149 korban jiwa pada 20 Februari 1979.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng Tunut Pujiharjo mengatakan, pada waktu-waktu tertentu, kadang gas beracun melintasi jalan Pekasiran-Serang sejauh 500 meter dari titik semburan di Kawah Timbang. ”Gas beracun ini mengalir lewat lembah-lembah di sekitar Kawah Timbang, termasuk ruas jalan itu,” kata Tunut.
Sementara itu, dari pantauan PVMBG hingga Selasa siang, aktivitas Gunung Dieng mulai turun meskipun statusnya masih Waspada dan masih menyemburkan gas berbahaya. Hasil pemantauan PVMBG, Selasa pukul 06.00-12.00, terekam 5 kali gempa vulkanik dangkal, 3 kali gempa vulkanik dalam, dan 2 kali gempa embusan.
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar